FARMAKOTERAPI
Jum’at, 29 Januari
2016 pukul 09.00 WIB
Menghadapi UAS pada semester
Ketiga di UTA’45 ini, salah satu ujian yang harus dihadapi adalah Ujian
Farmakoterapi yang diampu dosen Yelfi Anwar, S.Farm,M.Farm, Apt. Untuk
memudahkan menjawab soal tersebut dirangkumlah pertanyaan sekaligus dengan
kemungkinan jawaban yang tepat agar memudahkan teman-teman untuk belajar. Banyaknya
soal sehingga susah untuk menghapalnya membuat saya menyusun jawaban untuk
soal-soal yang kemungkinan besar keluar pada saat ujian nanti tetapi tetap
mencantumkan poin-poin penting untuk jawaban soal-soal lainnya.
“If you can’t explain it simply,
you don’t understand it well enough” tapi untuk dosen yang satu ini yang penting jawabannya banyak.
Berikut pertanyaan dan
jawabannya!
1. Jelaskanlah
Etiologi, Patofisiologi, Gejala Klinik, Prinsip pemilihan obat yang rasional,
pilihan terapi dan mekanisme kerjanya dari penyakit-penyakit berikut ini:
- Diare dan Konstipasi
- Peptic ulcer
- Asma
- Penyakit Paru obstruktif kronis
- DM
- Rhematoid arthritis
- Osteoarthritis
- Gout/Asam Urat
- TBC
- Meningitis
- Hepatitis
- Herpes
- HIV
2. Jelaskan perbedaan ketiga jenis
penyakit arthritis?
3. Jelaskan prinsip pencegahan
resistensi dan super infeksi pada penyakit TBC, Meningitis, Hepatitis, Herpes
dan HIV?
JAWABAN
1. (INTRO) Sepertinya tidak semua akan
menjadi soal pada UAS kali ini, karena tentang artritis akan dibahas pada soal
nomor dua dan tentang infeksi dibahas pada soal nomor 3 maka kemungkinan soal
akan keluar pada nomor satu adalah kecil, meski tidak menutup kemungkinan. Diare,
konstipasi dan peptic ulcer berkaitan dengan masalah percernaan, salahsatunya
ada yang keluar. Karena diare dibagikan
materinya dari dosen kemungkinan besar itu yang menjadi soal. Jika sudah
menguasai materi diare, pemahaman konstipasi jauh
lebih mudah, kemungkinan keluar sebagai soal juga besar. DM pernah diseminarkan oleh Prof. Syed Azhar dari
Malaysia, hampir pasti menjadi soal ujian. PPOK dan asma berkaitan dengan
pernafasan, asma lebih umum dan sering
disinggung dalam perkuliahan, kemungkinan keluar sebagai soal ujian.
Yang penting jawabannya
banyak, namun
tetap tidak melupakan kaidah penulisan yang tepat serta mencakup esensi
jawabannya sehingga kira-kira jawabannya adalah sebagai berikut:
Secara etiologi DIARE disebabkan oleh
adanya infeksi mikroorganisme, malabsorbsi atau adanya alergi terhadap makanan
tertentu. Patofisiologi diare
diawali oleh adanya abnormalitas pada usus. Secara alami, usus melakukan
gerakan peristaltik, yaitu gerakan teratur memeras sari pati makanan agar
diserap oleh tubuh. Gerakan ini menyebabkan ampas makanan terdorong ke belakang
sebagai feses, karena abnormalitas usus, gerakan peristaltik menjadi semakin
cepat. Akibatnya frekuensi pengeluaran feses juga ikut meningkat bersama air.
Abnormalitas ini bisa terjadi karena racun dari makanan atau minuman, makanan
yang mengiritasi, misalnya terlalu pedas atau adanya infeksi mikroorganisme.
Kuman penyebab infeksi bisa bermacam-macam, yang paling sering adalah Escherichia coli. Kuman ini sebenarnya
merupakan kuman normal tubuh namun akan menyebabkan diare apabila menjadi ganas
dan populasinya melebihi normal.
Gejala klinis yang
ditimbulkan berupa peningkatan frekuensi pengeluaran feses dalam sehari lebih
dari 3 kali, feses menjadi cair, penderita mengalami dehidrasi hebat dengan
tanda-tanda haus hebat, mulut kering dan kulit kering, tidak berkemih atau
berkemih sedikit sekali bahkan jika parah ada darah di dalam tinja. Karena
penyebab diare yang bermacam-macam maka prinsip
pemilihan obat yang rasionalnya adalah dengan melakukan pengobatan
tergantung dari penyebabnya. Pilihan
terapi yang dapat diambil adalah dengan menggunakan obat golongan adsorben
apabila penyebab diare adalah suatu bahan yang mengiritasi usus karena mekanisme kerja obat adsorben adalah
menyerap kuman dan toksin untuk dikeluarkan bersama tinja. Contoh obatnya yaitu
karbon aktif, attapulgit dan kaolin, terkadang dikombinasikan dengan pektin
karena dapat memperpadat feses.
Jika diare disebabkan infeksi berat
biasanya obat golongan absorben saja tidak cukup. Tentu harus menggunakan obat
yang bisa membunuh bakteri, contohnya antibiotik. Kemudian ada obat yang bekerja
menghambat gerakan peristaltik usus dan meningkatkan penyerapan kembali cairan
di usus besar. Contohnya loperamid. Oleh karena cara kerjanya demikian maka
tidak rasional jika loperamid digunakan untuk obat diare akibat infeksi atau
toksin dari makanan atau minuman karena jika gerakan usus dihambat, kuman
tersebut justru tertahan di saluran cerna dan tidak bisa dikeluarkan. Keadaan
ini justru lebih berbahaya dari mencretnya itu sendiri.
Secara etiologi KONSTIPASI atau sembelit adalah keadaan
yang disebabkan oleh adanya gangguan saluran pencernaan yang mengakibatkan
seseorang mengalami susah buang air besar. Patofisiologi
konstipasi berkaitan dengan pola hidup sehari-hari. Kurang bergerak, kurang
serat dan cairan, kebiasaan menunda BAB dapat menyebabkan feses tertahan di
usus besar lalu volumenya membesar dan
menjadi kering sehingga memblokade jalan di usus besar. Akibatnya antrian feses
akan tertahan lama dan menyebabkan sembelit. Gejala klinis sebagai ukuran yang mudah adalah seperti seminggu
hanya sekali BAB, tinja keras sampai harus mengejan kuat saat BAB.
Prinsip pemilihan obat yang rasional penanganan harus segera dilakukan agar tidak
berkembang menjadi wasir, infeksi atau kanker kolon. Karena berkaitan dengan gaya
hidup maka perlu adanya perbaikan gaya hidup seperti konsumsi cukup serat,
minum cukup air putih, biasakan aktif bergerak dan tidak menunda BAB. Adapun
jika mengubah pola hidup masih tetap menyebabkan sembelit maka diperlukan obat
sembelit. Pilihan terapinya bisa
berupa suplemen serat bila kekurangan serat, atau obat pelicin/pelunak bila
suplemen tidak bisa mengatsinya. Pelicin/pelunak ini mekanisme kerjanya adalah membuat dinding anus menjadi licin
sehingga feses mudah keluar atau membuat feses menjadi lunak. Obatnya bisa
berbentuk supositoria atau cairan kental yang dimasukkan ke dalam anus yang
disebut enema. Contohnya parafin
cair, gliserin, sorbitol, PEG ataupun garam Inggris. Bisa juga menggunakan
stimulan motilitas usus yang bekerja merangsang pergerakan usus agar mudah
mengeluarkan antrian feses yang banyak. Contoh obatnya adalah bisakodil.
Secara etiologi ASMA disebabkan oleh adanya
gangguan pada aliran pernafasan yang menyebabkan seseorang mengalami sesak
nafas. Patofisiologi asma tidak diketahui
pasti, namun diduga penyebabnya adalah kombinasi antara faktor lingkungan dan
faktor genetik. Pada serangan asma penderita mengalami sesak nafas karena
saluran napasnya menyempit atau membengkak. Pencetusnya bisa berupa ISPA,
radang tenggorok, naiknya cairan lambung ke kerongkongan akibat sakit maag
berat, alergi, misalnya alergi debu, bulu hewan, seafood dan sebagainya, bisa juga adanya iritasi pada asap rokok,
uap kimia, pengharum ruangan, parfum dan sebagainya. Gejala klinik yang dialami penderita berupa sesak nafas dan
serangan seperti flu, batuk, pilek atau radang tenggorok. Karena banyaknya
kemungkinan pencetus asma penderita sebaiknya punya catatan harian untuk
melacak pencetusnya. Sehingga prinsip
pemilihan obatnya adalah menghindari pencetusnya agar tidak selalu
menggantungkan diri pada obat, karena lama kelamaan obatnya menjadi kurang
ampuh. Pilihan terapi bisa dipilih
berupa latihan pernafasan, yoga, atau relaksasi dengan aromaterapi dan tentu
saja menghindari pencetusnya. Namun, terapi non medis tidak menggantikan obat
melainkan sebagai terapi pelengkap/komplementer. Adapun pilihan obat untuk asma
ada dua, yaitu pertolongan pertama dan untuk mencegah kekambuhan. Untuk
pertolongan pertama obat hirup atau obat semprot memiliki daya kerja yang cepat
karena mekanisme kerjanya langsung
dihirup paru-paru dan menuju target, otot saluran nafas atas. Efek sampingnya
pun kecil daripada obat minum karena obat minum masuk ke dalam darah dan
beredar ke seluruh tubuh, tidak hanya saluran nafas. Contoh obat ini adalah
teofilin, aminofilin da salbutamol. Sementara untuk mencegah kekambuhannya bisa
menggunakan tablet salmetanol dan formoterol yang punya masa kerja hingga 12
jam atau tiotropium yang punya masa kerja 24 jam sehingga satu dosis memberi
perlindungan sehari semalam. Namun, harus diingat obat asma hanya meredakan
gejala dan mencegah serangannya. Yang lebih menentukan adalah sistem pertahanan
tubuh kita sendiri.
Secara etiologi DM dibagi menjadi dua tipe
berdasarkan penyebabnya. DM tipe pertama disebabkan adanya kerusakan sel beta
pankreas yang biasanya menyebabkan defisiensi absolut insulin bisa juga
diperantarai oleh sistem imun. DM tipe dua disebabkan karena insulin yang
diproduksi relatif tidak mencukupi kebutuhan insulin sehingga tubuh selalu
kekurangan insulin sementara insulin ini dibutuhkan oleh tubuh untuk
mengirimkan pesan pada sel-sel lainnya di tubuh untuk mengambil glukosa dari
darah dan mengubahnya menjadi energi. Patofisiologi
DM tipe 1 terjadi karena ketidakmampuan sel beta pankreas memproduksi
insulin mengakibatkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
akibatnya kadar glukosa dalam darah meningkat. Sementara pada DM tipe 2 jumlah
insulin bisa saja normal atau bahkan lebih namun jumlah reseptor (penangkap)
insulin dipermukaan sel kurang. Reseptor insulin diibaratkan sebagai lubang
kunci pintu masuk ke dalam sel, artinya jumlah lubang kuncinya kurang sehingga
meskipun anak kuncinya banyak tetapi karena reseptornya tidak ada atau kurang
maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit sehingga sel kekurangan bahan
bakar untuk menghasilkan energi dan kadar glukosa dalam darah meningkat.
Gejala klinis yang
biasanya timbul berupa penurunan berat badan yang drastis, banyak kencing
(polyuria), sering haus dan lapar atau gejala lain seperti penyembuhan luka
yang lambat, gatal-gatal dan pandangan kabur. Prinsip pemilihan obat yang rasional adalah yang memiliki tujuan
untuk mengembalikan konsentrasi glukosa darah menjadi senormal mungkin,
mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi. Pilihan terapi untuk DM tipe 1 dengan menggunakan insulin sambil
memonitor gula darah dalam tubuh. Perawatan yang terus berlanjut, kedisiplinan
untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang dijalankan serta adanya
penyesuaian gaya hidup agar terhindar dari komplikasi penyakit. Untuk DM tipe 2
dibutuhkan obat-obatan yang dapat mengatur keseimbangan kadar gula darah
seperti metformin yang mekanisme
kerjanya adalah mengurangi kadar gula darah. Karena gula darah yang tinggi
diharapkan metformin akan menurunkan gula darah agar gula darah dalam tubuh
kembali normal. Obat lain seperti sulfonilurea juga diperlukan unuk
meningkatkan produksi insulin dalam pankreas. Obat golongan ini seperti
glibenklamid dan glimepirid. Namun tetap saja obat-obatan bukanlah pilihan
tepat untuk semua jenis diabetes, terapi penyuntikan insulin tetap pilihan
terbaik. Selain itu penyesuain gaya hidup juga diperlukan agar memperlambat
terjadinya atau bahkan menghilangkan komplikasi penyakitnya.
Udah dirangkum juga masih banyak aja
yak....
Tapi seperti yang diutarakan pada
paragraf awal bahwasanya yang penting jawabannya banyak
dan kemungkinan besar yang sebaiknya dikuasai adalah diare, konstipasi, asma
dan DM namun jangan lupakan pula penyakit lainnya. Berikut ini kata kunci yang
sebaiknya diingat agar nanti ketika ujian mudah menuliskan paragraf yang banyak
dalam menjawab soal. Ingatkan yang penting apa?
Penyakit
|
Etiologi
|
Patofisiologi
|
Gejala
|
Prinsip
|
Terapi
|
Mekanisme
|
Diare
|
Abnormalitas
usus, makanan terlalu pedas, infeksi E. Coli
|
Gerakan
peristaltik usus cepat
|
BAB lebih
dari 3 kali sehari, dehidrasi
|
Kenali
penyebab terjadinya diare
|
Adsorben
(kaolin, attapulgit), antiinfeksi (antibiotik), penghambat gerakan usus
(loperamid)
|
Menyerap kuman keluar bersama feses,
menghambat gerakan peristaltik
|
konstipasi
|
gangguan
saluran pencernaan
|
Adanya
antrian feses di usus yang tertahan lama keluar
|
BAB
seminggu sekali, tinja keras
|
Atasi
segera agar tidak wasir, kanker kolon
|
Suplemen
serat, banyak minum air putih, pelicin atau pelunak, stimulan motilitas usus
|
Menjadikan dinding anus licin agar
feses mudah keluar
|
Peptic ulcer
|
Ketidakseimbangan
lambung, adanya Perusak mukosa kuat, pertahanan mukosa lemah
|
Ketidak
seimbangan terjadi karena adanya H. pilori
|
Perih
lambung, nyeri lambung, perut penuh, kembung
|
awasi
makanan dan interaksi obat NSAID
|
Antasida,
antikembung, simetidin, ranitidin, domperidon
|
Menetralkan asam lambung, mencegah
masuknya gas atau perut terasa penuh
|
Asma
|
Gangguan
aliran pernafasan
|
Pencetus
asma (alergen, asam lambung meningkat) mengganggu aliran pernapasan
|
Sesak
napas, batuk, flu, pilek
|
Hindari
pencetus asma, tidak menggantungkan diri pada obat
|
terapi
relaksasi dan pelatihan nafas, salbutamol, teofilin, formoterol, tiotropium
|
Diserap paru-paru menuju target,
otot saluran nafas atas
|
PPOK
|
Polusi
seperti asap rokok, asma, infeksi saluran nafas berulang
|
Mukus
mengganggu saluran pernafasan dan bertahan lama
|
Sesak
nafas, batuk menahun, batuk berdahak produktif
|
Hindari
pencetus seperti zat kimia atau asap rokok tidak menggantungkan diri pada
obat
|
Bronkodilator
seperti teofilin, salbutamol, ekspektoran, oksigen
|
Mendilatasi otot bronkus dan
melebarkan jalan nafas
|
DM
|
Tipe 1 :
kerusakan sel b pankreas, Tipe 2: kerusakan reseptor insulin
|
Tipe 1 :
kerusakan sel b pankreas, tidak memproduksi insulin
Tipe 2:
kerusakan reseptor insulin, kadar gula darah meningkat
|
Berat
badan menurun drastis, polyuria, pandangan kabur
|
Keseimbangan
kadar gula dalam darah
|
Injeksi
insulin, metformin, glibenklamid
|
Menurunkan kadar gula darah,
menstimulasi produksi insulin
|
Rhematoid artritis
|
Gangguan
sistem imun
|
Sistem
imun menerang tubuh menjadikan nyeri di sendi-sendi
|
Nyeri pada
bagian sendi
|
Kenali
pencetus serangan sebelum terkena nyeri, sesuaikan obat dengan serangan
|
Antinyeri,
diklofenak, kolcisin, alopurinol
|
Meredakan nyeri, meredakan radang
yang nyeri
|
Osteo-
Artritis
|
Kerusakan
pada bantalan sendi
|
Radang
sendi terjadi dilutut karena beban terus menerus
|
Nyeri pada
sendi karena saraf sendi aus
|
Hindari
ketegangan dan angkat beban berat
|
Antinyeri,
diklofenak, kolcisin, alopurinol
|
Meredakan nyeri, meredakan radang
yang nyeri
|
Gout atritis
|
Endapan
kristal asam urat menyerang sendi karena makanan (purin)
|
Pembuangan
asam urat tidak berjalan baik dan menumpuk di tubuh
|
Nyeri pada
sensi-sendi, pegal-pegal
|
Hindari
penyebab menaiknya sam urat dari makanan
|
Diklofenak,
piroksikam, meloksikan, kolcisin, alopurinol
|
Meredakan nyeri, meredakan radang
yang nyeri
|
TBC
|
Infeksi
bacteri myco-bacterium tuberculosa
|
Infeksi
bacteri myco-bacterium tuberculosa bertahan di paru-paru dan memproduksi
banyak dahak
|
Batuk
berdahak menahun, jika parah keluar darah pada batuknya
|
Pastikan
seseorang benar-benar terkena TBC atau tidak agar obat benar-benar dibutuhkan
pasien atau tidak agar tidak resisten
|
Kombinasi
dari INH, pirazinamid, etambutol, rifampisin, streptomisin
|
menghambat sintesis
bakteri, bakteriosid, mematikan bakteri
|
Meningitis
|
Infeksi
kuman pada otak
|
Infeksi
mencapai otak melalui aliran darah di tubuh yang sering di kepala, adanya
cederanya tengkorak kepala
|
Pusing-pusing,
sakit kepala, fotofobia
|
Sadari
serangan yang terjadi, jangan biarkan pusing langsung dilawan dengan obat
melainkan banyak istirahat
|
Setriaksom,
sefritaksim, kloram-fenikol, analgesik
|
Bakterisid, membunuh bakteri,
meredakan nyeri,
|
Hepatitis
|
Infeksi
virus hepatitis
|
Adanya
infeksi virus hepatitis A, B, C, D, E nenyebabkan radang pada hati
|
Letih,
demam, meriang, pupil mata menjadi kuning
|
Memperhatikan
kerja hati yang berat agar tidak dibebani obat yang tidak dibutuhkan
|
Interferon
alfa, lamivudin, ribavirin
|
Membunuh virus hepatitis, mencegah
sintesis virus
|
Herpes
|
Infeksi
virus herpes simplex dan herpes zoster
|
Infeksi
virus pada saraf neuronal dari perifer otak melalui saraf trigenimus
|
terdapat
cairan pada bintik merah kulit
|
Pengobatan
segera untuk mengatasi infeksi atau adanya reaktivasi
|
Acyklovir
selama 10 hari dosis 2 x 100 mg atau 5 x 200 mg
|
mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka
|
HIV
|
Infeksi
virus pada sistem imun
|
Virus menyerang sel limfosit T menyebabkan
defisiensi kekebalan
tubuh
|
Berat
badan turun drastis, letih, lesu
|
Memperlambat
perkembangan virus agar tidak menyebabkan komplikasi penyakit lain
|
Kombinasi
antiretroviral, protease inhibitor seperti lopinavir
|
Mencegah replikasi DNA virus dan
menghambat pertumbuhan virus
|
2.
Untuk membedakan penyakit artritis dari
artritis rhematoid, artritis gout dan osteoartritis, hal yang harus dipahami
adalah faktor penyebab terjadinya artritis tersebut. Artritis gout penyebabnya
adalah endapan kristal asam urat yang menyerang persendian. Asam urat ini
berasal dari makanan tertentu seperti jeroan, seafood, daging merah, dan sebagainya. Bagian yang diserang adalah
persendian (engsel tulang), misalnya ruas-ruas jari, terutama jari kaki, tumit,
lutut dan pergelangan tangan. Ciri artritis gout dipicu oleh makanan tertentu dan terjadi pada persendian, biasanya di awali dari sendi jempol
kaki. Maka jika suatu artritis tidak dipicu oleh makanan atau tidak terjadi di
persendian makan itu bukan penyakit
artritis gout.
Berbeda halnya
dengan osteoartritis. Penyakit ini sering disalah sangka sebagai asam urat
padahal berbeda. Osteo artinya tulang, artritis artinya sendi. Osteoartritis
terjadi pada orang lanjut usia karena bantalan sendi mengalami kerusakan atau
aus, biasanya terjadi di lutut, bukan di sendi jari atau tangan. Kerusakan
jaringan sendi disebabkan oleh pengaruh beban yang terus menerus. Beban yang
berat ini akan menyebabkan bantalan sendi di lutut aus sehingga saraf di tulang
akan tertekan saat sendi digerakkan. Bahkan sendi mengeluarkan bunyi gemeretak
saat digerakkan. Yang pasti penyebabnya bukan berasal
dari makanan.
Sedangkan
rhematoid artritis merupakan jenis rematik bawaan yang disebabkan oleh gangguan sistem imun (pertahanan tubuh). Sistem imun
yang semestinya bertugas melindungi tubuh malah menyerang tubuh itu sendiri dan
menyebabkan nyeri pada sendi-sendi. Gejalanya bisa jadi mirip asam urat karena
sama-sama menyerang persendian tetapi penyebabnya bukan pada endapan kristal
asam urat, melainkan adanya semacam infeksi oleh virus, bakteri atau jamur yang
mengganggu sistem imun dan menyerang bagian persendian.
Untuk lebih
mudah mengingatnya perhatikan tabel perbedaan berikut ini
No
|
Penyakit
|
Pemicu serangan
|
Tempat terjadinya
serangan
|
1
|
Artritis Gout
|
Makanan
|
Persendian
|
2
|
Osteoartritis
|
Beban berat dan
faktor usia
|
Lutut
|
3
|
Rhematoid Artritis
|
Gangguan sistem
imun
|
persendian
|
3. Resistensi
menunjukan sebuah sikap dari mikroorganisme untuk bertahan, berusaha melawan
atau melindungi diri terhadap efek antimikroorganisme yang menyerang. Maka pada
prinsipnya mencegah terjadinya resistensi adalah dengan tidak menggunakan
antibiotik untuk penyakit-penyakit yang penyebabnya adalah sebuah virus.
Seperti pada TBC, meningitis, herpes, Hepatitis, dan HIV penggunaan antibiotik
tidaklah tepat karena penyebab penyakit tersebut sebagian besar adalah virus.
Jangan pula menggunaan antibiotik secara berlebihan karena justru akan membuat
tubuh rentan terhadap penyakit dan lebih mudah mengalami infeksi. Gunakan antimikroba secukupnya untuk infeksi
tertentu. Identifikasi organisme penyebabnya, pilih antimikroba sesuai dengan
targetnya, daripada menggunakan antimikroba berspektrum luas (broad-spectrum).
Habiskan satu dosis penggunaan antimikroba (tidak terlalu singkat dan tidak
terlalu lama). Sebaiknya menggunakan kombinasi obat, virus atau bakteri yang
menyerang terkadang kebal jika hanya diberikan satu jenis obat, virus bahkan
kadang mengandakan diri menjadi mutan yang berbeda sifatnya dengan bibit
aslinya sehingga menggunakan satu jenis obat terkadang tidak cukup kuat untuk
membasminya.
Sementara itu untuk mencegah terjadinya super
infeksi dari penyakit-penyakit seperti TBC, meningitis, herpes,
Hepatitis, dan HIV adalah dengan menghindari terjadinya penularan seperti
menutup mulut saat batuk dan bersin, selalu mencuci tangan sebelum makan dan
hidup higienis, menjaga jarak dengan penderita dengan cara tidak menggunakan
alat makan dan minum penderita. Selain itu perlunya menjaga sistem kekebalan
tubuh seperti konsumsi makanan tepat waktu dan istirahat yang cukup serta
berkualitas. Pemberian vaksin BCG diperlukan untuk mencegah infeksi TBC, vaksin
meningitis untuk mencegah infeksi meningitis, selain itu sakit kepala
berkepanjangan juga harus segera didiagnosa agar diketahui penyebabnya sebelum
menjalar ke bagian otak karena meningitis adalah infeksi berkelanjutan yang menyebabkan
peradangan pada otak. Gaya hidup yang sehat dan tidak bergonta ganti pasangan bersenggama
juga akan mengurangi terjadinya penyakit herpes dan HIV AIDS, selain itu
pemastian keamanan pada saat mendonorkan darah atau mewaspadai adanya
penggunaan jarum suntik bekas dapat mencegah terjadinya HIV AIDS dan Hepatitis.
Panjang juga
yak, yah kan udah dibilang emang sukanya yang panjang-panjang.
Gini nih
pendeknya.
No
|
Pencegahan
Resistensi
|
Pencegahan
super infeksi
|
1
|
Tidak
menggunkan antibiotik untuk penyakit yang disebabkan virus
|
menutup mulut saat batuk dan
bersin
|
2
|
Penggunaan
antibiotik hanya untuk infeksi bakteri
|
selalu mencuci tangan
sebelum makan dan hidup higienis
|
3
|
Tidak
menggunakan antibiotik secara berlebihan
|
konsumsi makanan tepat waktu
dan istirahat yang cukup serta berkualitas
|
4
|
Memilih
antibiotik berspektrum sempit daripada berspektrum luas
|
Pemberian
Vaksin BCG (TBC)
Pemberian
Vaksin meningitis (meningitis)
|
5
|
Habiskan
penggunaan antibiotik
|
tidak menggunakan alat makan
dan minum penderita
|
6
|
Gunakan
kombinasi obat ARV untuk membasmi mutan yang berbeda sifat
|
tidak
gonta-ganti pasangan dalam hubungan seksual dan tidak menggunakan jarum
suntik bekas
|
Oh indahnya berbagi, seandainya kamu
mau berbagi cinta juga untukku. Kok modus, NYET?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar