KIMIA ANALISIS II
Senin, 1 Februari
2016 pukul 09.00 WIB
Menghadapi UAS pada semester
Ketiga di UTA’45 ini, salah satu ujian yang harus dihadapi adalah Ujian Kimia
Analisis II yang diampu dosen Nina Jusnita, M.Si. Sebelumnya dosen ini akan
memberikan kisi-kisi sehingga kita mudah mempelajari berbagai soal ujian, namun
selepas UTS lalu, pergantian dosen kepada Zuraida Sagala, M.Si menyebabkan
harus merangkum soal-soal sendiri. Soal yang keluar kemungkinan tidak berbeda
jauh dengan analisa instrumen hanya saja meliputi pula spektrofotometri. Tips
mengerjakannya adalah dengan menjawab sedetail mungkin, alur tulisan yang mudah
dimengerti dan jawaban terlihat banyak, biasanya ada
nilai untuk tiap jawaban, jadi kalo nge-blank, tulis ulang aja soalnya.
Berikut pertanyaan dan jawabannya!
PERTANYAAN
- Apa yang dimaksud dengan kromatografi?
- Bagaimana prinsip kromatografi absorpsi? Sebutkan contohnya!
- Apa perbedaan kromatografi fase normal dengan kromatografi fase terbalik?
- Bagaimana teknik dan prinsip dari kromatografi planar dua dimensi?
- Apa yang dimaksud dengan HPLC? Jelaskan prinsip dan cara kerjanya, serta sebutkan instrumen dari HPLC, keuntungan dan kekurangannya?
- Apa itu KLT? Jelaskan prinsipnya dan bagaimana cara menghitung Rfnya (Retention factor)
- Apa yang dimaksud dengan spektrofotometri? Bagaimana prinsipnya? Sebutkan keuntungan dan kelemahannya?
- Sebutkan instrumen dari spektrofotometri beserta fungsinya?
- Bagaimana prinsip dari hukum Lambert Beer dan cara perhitungannya?
- Apa perbedaan dari kuvet single beam dan double beam?
- Apakah kamu masih setia menungguku? Woy, jawab dulu. Belum dijawab dah mulai modus aja -_-
Oke, nih jawabannya.
JAWABAN
1.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan
berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen yang berada pada larutan menjadi komponen-komponen
penyusunnya.
2.
Prinsip
kromatografi adsorpsi yaitu memisahkan komponen secara selektif antara
fase diam yang berupa padatan dan fase gerak berupa larutan berdasarkan sifat penyerapan fase
diam dimana kecepatan pergerakan suatu komponen tergantung
pada kemampuannya untuk tertahan atau terhambat oleh penyerap di dalam kolom
(fase diam). Contohnya kromatografi kolom, HPLC dan KLT
3.
Kromatografi fase normal adalah suatu
kromatografi dimana fase diamnya dalam keadaan normal yaitu suatu bahan yang
bersifat POLAR, misalnya silika gel GF254 sedangkan fase geraknya bersifat non
polar.
Kromatografi fase terbalik adalah suatu kromatografi
dimana fase diamnya dalam keadaan terbalik yaitu suatu bahan yang bersifat NON
POLAR, misalnya Squalen atau silika gel yang
berlapis minyak atau parafin sedangkan
fase geraknya bersifat polar.
4.
Teknik dan prinsip pengerjaan
kromatografi dua dimensi ialah sampel ditotolkan pada lempeng lalu
dikembangkan dengan satu sistem fase gerak sehingga campuran terpisah menurut
jalur yang sejajar dengan salah satu sisi. Lempeng diangkat, dikeringkan dan
diputar 900 dan diletakkan dalam bejana kromatografi yang berisi fase
gerak kedua, sehingga bercak yang terpisah pada pengembang pertama terletak
dibagian bawah sepanjang lempeng, lalu dikromatografi lagi.
Kromatografi dua dimensi ini dilakukan pada sampel yang punya sifat kimia
dan Rf yang sama serta untuk memisahkan sampel dengan polaritas yang berbeda
5.
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
adalah metode kromatografi cair yang menggunakan fase diam yang ditempatkan
dalam suatu kolom tertutup dan fase geraknya berupa pelarut yang dialirkan
dengan cepat ke dalam kolom dengan bantuan pompa atau tekanan.
Cara kerja KCKT adalah sebagai berikut : sampel yang
telah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai kemudian diinjeksikan melalui bagian
injeksi sampel kemudian dengan bantuan tekanan dari pompa, fase gerak akan
membawa sampel bergerak melewati kolom kromatografi yang berisi fase diam.
Karena adanya interaksi antara fase diam dan fase gerak maka campuran senyawa
akan terpisah menurut daya afinitas terhadap kedua fase. Proses pemisahan
campuran dapat diamati dengan adanya detektor yang kemudian akan menampilkan
hasil pemisahan tersebut dalam bentuk grafik.
Instrumen KCKT beserta fungsinya meliputi:
a.
Gradient controller/ Solvent Reservoir (Wadah
fase gerak), yaitu alat yang akan menampung fase gerak yang akan dialirkan ke
dalam kolom dengan adanya bantuan pompa.
b.
Pump (Pompa), yaitu alat yang akan mendorong
fase gerak masuk ke dalam kolom
c.
Sample introduction/injector (alat penginjeksi
sampel), yaitu tempat memasukkan cuplikan atau sampel dengan bantuan syringe
d.
Kolom, yaitu tempat terjadinya pemisahan
komponen-komponen cuplikan
e.
Detector, yaitu alat untuk mendeteksi
komponen-komponen cuplikan hasil pemisahan kolom
f.
Data output/monitor, yaitu alat yang akan
menampilkan hasil yang telah diperoleh
Keuntungan
KCKT diantaranya adalah
1.
Kerja lebih mudah dengan adanya aotomatisasi
dalam prosedur analisis dan pengolahan data
2.
Volume sampel kecil
3.
Daya pisah tinggi
4.
Metode analisis yang cepat, tepat, peka, akurat,
reproducible dan preparatif
5.
Dapat digunakan untuk sampel organik dan
anorganik, bersifat volatil dan non volatif, maupun sampel yang stabil maupun
labil secara thermal
6.
Pilihan fase diam dan fase geraknya luas
Kelemahannya adalah
1.
Tidak dapat menganalisis lebih dari satu jenis
sampel sekaligus
2.
Kromatogram tidak dapat disimpan sebagai dokumen
otentik
6.
KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
merupakan bentuk kromatografi planar dimana fase diamnya berupa lapisan yang
seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca,
pelat aluminium atau pelat plastik untuk mendeteksi sampel dengan memisahkan
komponen-komponen sampel berdasarkan kepolarannya. Prinsip kerjanya memisahkan
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan fase gerak (pelarut) yang bergerak menjauhi
fase diam oleh adanya gaya kapiler.
RF atau retention
factor adalah nilai perbandingan relatif antar sampel yang menyatakan
derajat retensi suatu komponen dalam fase diam dimana rf dapat dihitung dengan membandingkan jarak yang ditempuh
komponen dengan jarak yang ditempuh eluen.
7.
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa
yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan mengguankan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Sinar UV
(200-380 nm), Visible (380-700 nm), Inframerah (700-3000 nm).
Spektrofotometri menggunakan alat yaitu
spektrofotometer. Yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi.
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum
Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka
sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi
dipancarkan.
Kelebihan spektrofotometri ini bisa digunakan sebagai
uji kualitatif maupun kuantitatif. Penggunaannya juga luas, bisa untuk senyawa
kimia organik maupun anorganik dan biokimia yang diabsorpsi pada daerah sinar
tampak maupun sinar ultraviolet. Selektivitas dan ketelitiannya tinggi, bisa
digunakan untuk zat dengan konsentrasi rendah dan pengukuran yang cepat dan
mudah.
Kekurangan penggunaan spektrofotometri adalah sinar
yang digunakan harus monokromatis, absorbsi dipengaruhi oleh adanya zat
pengganggu dan kebersihan kuvet.
8.
Instrumen pada spektrofotometer terdiri dari sumber
cahaya, monokromator, sel sampel, detektor dan Read out, rekorder (monitor
pembaca).
a.
Sumber cahaya polikromatis bisa berasal dari
berbagai sumber untuk spektrofotometr UV menggunakan deuterium, Visible
menggunakan wolfram (lampu tungsen), UV-VIS (Photo diode dilengkapi
monokromator)
b.
Monokromator adalah alat yang akan memecah
cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen
panjang gelombang tertentu.
Jenis
monokromator yang digunakan adalah prisma atau grating juga adanya filter untuk
menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya
berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
c.
Sel sampel atau kuvet untuk menaruh cairan sampel
ke dalam berkas cahaya spektrofotometer yang akan meneruskan energi cahaya
dalam daerah spektrum yang akan dilewati (sinar tampak, ultraviolet maupun
infra red).
d.
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan
oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan
dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (monitor).
e.
Read out atau rekorder merupakan suatu sistem baca yang
menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.
9.
Dalam hukum Lambert Beer ada istilah absorbansi
(A) yaitu cahaya yang diserap dan transmittan (T) yaitu cahaya yang
dihamburkan. Hukum lambert Beer berbunyi :
|
Cara
perhitungan dengan rumus
I0 =
Intensitas cahaya datang
|
Transmittan adalah intensitas cahaya yang melewati sampel dibagi dengan intensitas cahaya yang datang
Absorbansi adalah negatif log transmittan
Hukum Lambert
Beer dapat diturunkan menjadi
A= ε x b x c
atau
A= a x b x c
A= Absorbansi
a = tetapan absorptivitas (jika tetapan
adalah konsentrasi yang diukur dalam ppm)
ε= tetapan absorptivitas (jika tetapan adalah konsentrasi yang diukur dalam
molar)
b = tebal kuvet (biasanya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
hukum Lambert Beer dapat terjadi jika :
a.
Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
b.
Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai
penampang yang sama
c.
Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut
tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut
d.
Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
e.
Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi
larutan
10.
Perbedaan kedua jenis kuvet tersebut hanya pada pemberian cahaya, di mana pada single-beam, cahaya
hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi
dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada kuvet double-beam,
nilai blanko dapat langsung diukur
bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama.
Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi
sinar menjadi dua, di mana salah satu melewati blanko (disebut juga reference
beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Kuvet
double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam,
karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi
blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan
seperti perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi
voltase.
11.
Udah soalnya cuma sepuluh aja kok, ngapain jawab
nomor 11. Aku tahu kok kamu masih setia
menunggu. Jawabannya tidak harus sepanjang ini, hanya saja untuk menambah wawasan
dan kesiapan dalam menghapadi ‘waskiman’ jawaban sepanjang ini agar bisa
dikuasain sehingga tidak khawatir dengan redaksional soal yang ada nanti.
Kalaupun toh karena susah menghapalnya dan malah nge-blank kembali kepada prinsip semula, isilah setiap soal dengan
suatu jawaban, karena biasanya ada nilai disetiap jawaban, kalo gak tau mau isi
apa, tulis ulang aja jawabannya. Ingat ini bukan jawaban soal nomor 11 yak? Ingat ujiannya juga udah ganti bulan ya? Ini
udah bulan Februari.